Thursday 27 December 2012

0 comment

Daisy. keindahan yang sederhana #6

Berubah demi diri sendiri

“Woy, Han. Ntar mau ngeband, gak lo? jangan molor mulu di rumah! ” Reza menepuk pundak gue.

Gue biasa temenin si Reza ngeband, sebenernya gue bukan anggota band atau ada niat buat serius jadi anak band, gue cuma sekedar main doang, dan main sama anak-anak di situ juga, trus pas selesai di traktir makan sama Reza.

“Iya.” Jawab gue. Lumayan, ngisi waktu luang daripada ntar kepikiran si Fika.

“Lho? Farhan anak band, ya?” Fika menangkap pembicaraan kami “Aku kira kamu suka tae kwon do aja.”

Gue langsung belagak keren di depannya “Iya, gue megang gitar, sih. Si Reza drummernya. Keren, kan? Lagi serius ngeband, sih. Niatnya biar jadi pemain band gitu, Fik.”

Raut wajahnya berubah, dia ngangguk tapi ekspresinya aneh kemudian pergi.

Reza malah toyor kepala gue “Speak aja, serius darimana lo?”

“Cewek suka sama cowok anak band, kan?”

(Gatau kenapa gue dulu ngomong begitu, dasar ababil yang mau keliatan keren! )

*

Pelajaran ketiga kosong, gurunya nggak datang karena berhalangan(bukan lagi dapet). Alhasil kami nggak belajar karena gurunya lupa ngasih tugas. Gue pura-pura tidur di kursi, sebenarnya gue dengerin anak perempuan yang lagi kumpul. Mereka ngobrol tentang sesuatu.

“Lo udah pernah ciuman, ya?!” Tanya seseorang yang membuat gue tertegun.

“udah, 3 kali ” Jawabnya yang kemudian disusul dengan suara berisik “Lo udahan ya, Fik?” Dia bertanya pada Fika, yang ngebuat gue terkejut ( :kagets
) tapi tetap pura-pura tidur.

Dia lama ngejawab, tapi yang lain agak berisik.

“Sama suami aja, nanti. ” Katanya polos.

Kemudian semua anak perempuan yang berkumpul jadi heboh, Fika masih polos. Dia baru pacaran sekali itupun karena mau ngerasa gimana rasanya punya pacar. Percaya atau nggak, Fika benar-benar perempuan yang begitu, makanya gue bingung, ntar dia bisa, dong dibegoin sama cowok-cowok di luar sana? (gue berasa jadi bapaknya ).

“Lo suka sama cowok yang kaya gimana, Fik?”

“Ng... orang yang bisa bertanggung jawab, pintar, bisa ngelindungin aku, pokoknya orangnya nggak macem-macem, deh! Udah, ah, malu jadinya. ”Jawabnya malu-malu, kemudian disambut dengan ‘hoooooohhhh’ oleh cewek-cewek di situ.

“Kalo Farhan gimana, Fikaaaa??” Celetuk seorang perempuan yang nggak gue ketahui siapa “Dia kan bisa bertanggung jawab, lho, anak tae kwon do udah sabuk merah, pinter, dan kayaknya deket banget sama lo? Hihihi... ”.

Fika kedengaran bingung “Hah?”

“haaaaa! Wajah Fika merah, tuuuuhhh!”

Gue senyum-senyum.

“Tapi... aku nggak suka sama cowok anak band.” Lontarnya jujur.

JRENGGGGG!! :confused

“Hahahahahaha! Kasian si Farhan!” Seru seorang perempuan di situ kemudian dia nepuk pundak gue kencang.

“Heh! Berisik banget lo semua! :mad ” Gue pura-pura marah gara-gara terbangun, padahal dari awal gue pura-pura tidur.

“Eh, Han. Si Fika gak suka sama anak band, tau. Ternyata lo anak band juga? Gue kira cuma bisa matahin kayu sama beton aja. Hahaha... (dia liat pas gue matahin kayu ).” Adu Resti, kemudian yang lain cekikikan.

“Resti!” Fika memberikan isyarat biar Resti nggak meneruskan kalimatnya “udah!”

Seharusnya gue jujur sama Fika kalo gue bukan anak band, sebenernya gue cuma mau kelihatan keren di depannya doang kok, dan kalo gue jujur, apa jawabannya bakalan beda?

*

Berubah demi seseorang. LOL

Update gue di facebook waktu malam. Di situ ada tulisan LOL tapi gue nggak ngakak, biasa aja sih. Cuma biar nggak serius-serius banget di status itu.

Saat gue kembali ke beranda, gue ngeliat satu notifikasi dari Fika, dia mengomentari status gue.

Fika Azalea : berubah demi siapa? Kenapa demi seseorang? Kenapa nggak demi diri sendiri atau demi Yang Maha Kuasa aja? Tapi kalo yang dimaksud berubah ke arah yg lebih baik it’s ok, tapi kalo berubahnya kepribadian dan ga jadi diri kamu sndiri, untuk apa? Merepotkan. Suatu hari nanti, ada seorang perempuan yang menerima kamu apa adanya, kok
Jangan2 kamu mau berubah demi org yg lagi kamu suka sekarang? Untuk apa, Farhan?

Gue bengong, dan gue ngebalas komentarnya, bukan lewat facebook, tapi lewat SMS. Sebenernya malu juga, sih dinasehatin begini, sama dia pula.

Sent to Fika : Assalamualaikum. Fik, Huhuhu, iya bu Fika. Maapin Farhan.

Fika : Waalaikumsalam Farhan. Dih, apaan sih?

Gue senyum-senyum lagi. Kemudian menatap kalender, sekarang tanggal 25 November. Beberapa hari lagi ulang tahun Fika. Gue bingung harus kasih kado apa, kado yang buat dia tersenyum bahagia, dan kado yang nggak bisa dia lupain.

*

Hari ini rekor bagi gue, tumben gue datang ke sekolah pagi-pagi. Di kelas udah ada Fika, dia duduk sendirian lalu menyapa gue seperti biasa. Dia heran karena kehadiran gue yang lebih cepat dari biasanya.

“Hei, beloooo... Udah nggak galau?” Dia tersenyum simpul, matanya terlihat berbeda “Lo nggak trauma suka sama cowok kan, Fik?”

“udah lama move on kali, Farhan. Hmm... Emang agak takut juga, sih. Tapi... sekarang aku lagi suka sama seseorang, Han...”
Begitu mendengarkan suara yang terlontar itu, mendadak gue membeku.Gue berharap dia menyebut nama gue malu-malu. Makanya gue coba tanya, siapa tahu?

“Inisialnya?”

“F.”

gue tersenyum “Berapa huruf?”

“Enam.”

F.A.R.H.A.N. Ada 6 huruf.

“Inisial terakhir???”

“N.”

Astaga, itu benar-benar gue?

“Namanya Fauzan. Waktu beli minum di kantin yang rame banget, dia malah nawarin aku buat duluan, dia ekskul KIR, Han.”

Senyum gue memudar “Oh.”

“Aku seneng banget, Farhan.Tadi dia nyapa aku di tangga waktu ketemu.”

Dia tersenyum manis layaknya perempuan jatuh cinta, sedangkan gue, senyum tipis layaknya orang yang patah hati. Mata Fika berbeda dengan sama yang dulu. Sekarang... dia kelihatan benar-benar jatuh cinta.

0 comment:

Best viewed on firefox 5+
Copyright © Design by Dadang Herdiana