Tuesday 8 January 2013

0 comment

Daisy. Keindahan yang sederhana #8

ASTRID
Semalam gue bilang sama teman-teman gue kalau gue suka sama Astrid, anak kelas X-3 yang wajahnya agak kaukasia Hari ini kelas agak ramai gara-gara mereka bilang tadi Astrid nyariin gue.

“Lo udah move on dari si Fika?” Si bigos kepoo

Gue nggak jawab, malah duduk di kursi sambil menatap Fika yang lagi sibuk nulis, bisa gue tebak dia buat puisi.

“Fik, kasian amat gue nggak disapa hari ini? ” Begitulah Fika, kalau sedang serius sering gak acuh.

Hari ini senyum Fika agak beda “Iya, maaf, Han. Kenapa? kayaknya hari ini kamu seneng banget?”

“Soalnya tadi Astrid nyariin gue.”

Fika tersenyum lagi “Kamu suka sama Astrid?”

“Iya.”

Dia menatap mata gue kemudian menghembuskan nafas “Selamat ya, Farhan, Astrid juga suka sama kamu. Aku sama Astrid satu SMP, semalam dia SMS aku kalo dia naksir sama kamu,” Ceritanya “Eh pagi-paginya aku dapat berita kalo kamu juga suka sama dia. Bisa kebetulan begini, ya.”

Gue diam. Muncul perasaan yang nggak enak di hati gue. Gue ngerasa bersalah sama Fika karena udah ngebohongin dia, tapi gue nggak bisa terus-terusan begini. Gue harus ngalihin perasaan gue ke orang lain.

“Jadi kamu berubah demi Astrid, Han?”

“Hah?”

“Yang waktu itu kamu update status, lho... kamu berubah demi Astrid, kan?”

Gue bingung mau jawab apa. Nggak mungkin banget gue jujur ‘nggak, status itu buat elooooo!’

“Nggak juga, kok. Eh, gimana hubungan lo sama si Fauzan?” Gue ngalihin pembicaraan.

Fika tertegun “Baik-baik aja, kok. Nanti dia ngajakin aku jalan-jalan tapi aku tolak,” Katanya “Aku malu karena aku ngerasa... aku orang aneh. Kak Fauzan juga bilang gitu gara-gara aku sering bengong dan ngomong sendiri. Lagian aku jadi minder abis liat perempuan lain yang suka sama dia. Aku bukan apa-apa.”

FYI, bengong dan ngomong sendiri itu kebiasaan Fika, tapi alasan dia bengong itu. Satu, dia suka mikirin jalan cerita karena dia suka bikin novel. Dua, dia lagi berimajinasi buat karya lukisnya. Dan soal ngomong sendiri, biasanya dia dapat ide atau kata-kata yang bagus, atau juga dia lagi mikirin sesuatu buat karyanya. Dia nggak aneh, dia unik. Kenapa dia nggak pernah sadar kalo dia juga mempesona? Dia perempuan yang jujur, baik hati, peduli sama orang lain, lembut(meskipun orang lain nangkapnya lemot), dia benar-benar sosok perempuan yang sempurna di mata gue!

“Lo nggak aneh, Fik. Lo unik. Lo beda.” Bela gue, “Lo manis. ” dan cuma itu kata-kata yang bisa gue ucapin, sisanya gue simpan di hati karena nggak mungkin gue lontarin.

“Makasih, ya Farhan.” Katanya, lalu dia keluar dari kelas dan nggak balik lagi ke kelas.

*

Rupanya Fika ada di ruang UKS. Katanya, sih nggak enak badan. Guru yang jaga UKS minta dia pulang, tapi dia bersikeras nggak mau pulang. Alasannya sih di rumah nggak ada siapa-siapa, orang tuanya kerja di luar kota, kakaknya kuliah di Yogya, dia sendirian di rumah.

“Fik, lo gapapa?” Tanya gue. Fika keliatan lemas, bibirnya pucat, setelah gue sentuh keningnya, panas.

“Lho, Farhan?”

Gue nengok ke belakang, ada Astrid, dia kelihatan malu-malu melintasi gue, kemudian mendekati Fika dan menyuruhnya tidur.

“Lo deket sama Fika?” Astrid memulai pembicaraan, kemudian kami keluar dari ruang UKS dan duduk di bangku dekat ruang UKS yang tempatnya agak belakang.

“Banget. Kenapa?”

“Nggak, heran aja. Bisa ada cowok yang deket sama dia. Padahal dia nggak pernah akrab sama cowok.”

Gue agak senang juga, sih kalo tau gue cowok pertama yang bisa dekat dengannya. Nyihui.

Astrid cantik, jujur sih, dia lebih cantik dari Fika. Dan setelah gue cari tahu tentangnya, dia tipikal perempuan yang fashionable, dan mudah bergaul. Hidungnya lebih mancung, bibirnya seperti angelina jolie (lebay).

“Lo siapanya dia?” Tanya gue penasaran, gue bingung apa iya mereka cuma teman SMP? Kayaknya dia tau banget tentang Fika?

“Gue sahabatnya. Dan... katanya Fika, lo suka sama gue...ya?”
Mampus, mati gue. Gue udah pura-pura suka sama orang yang salah.

“Lo mau ngasih kado apaan?” Gue mengalihkan pembicaraan.

“Gue nggak kepikiran mau ngadoin apa, akhirnya gue beliin dia boneka siberian husky yang gede, deh. Lo sendiri?”

Gue berdehem, kemudian mikir sejenak “Gue punya ide. Sini, gue bisikin!”
Astrid mendekatkan telinganya ke bibir gue, kemudian gue bisikin sesuatu.

0 comment:

Best viewed on firefox 5+
Copyright © Design by Dadang Herdiana