Daisy. keindahan yang sederhana #2
In a Relationship
Reza bilang selera gue aneh karena suka sama Fika, soalnya Fika sering bengong ngeliatin ke luar jendela sambil senyum-senyum, kadang ngomong sendiri, ngomong kadang nggak ada suaranya saking kecilnya, dia dibilang Fika nggak fresh kaya cewek-cewek yang lain, atau Fika suka gemeteran kalau di deketin sama anak-anak cowok. Tapi menurut gue Fika itu manis, dan dia apa adanya.
“Lho, Ka. Lo suka gambar?!” Tanya gue begitu dia kepergok sedang menggambar. Dia langsung menutupi gambarnya dengan buku tulis sambil menunduk nggak mau memperlihatkan karyanya.
“Gapapa, Ka. Gue juga suka liat gambar-gambar, kok. Soalnya kan gue suka baca komik.”
Raut wajahya berubah, dia mendongak dan menatap gue dengan matanya yang besar dan bulat, sejak itu gue berencana memanggilnya belo.
“Kamu suka gambar juga? ” gue mengangguk, suka tapi nggak bisa. Kemudian dia mengasih kertas bergambar ke gue “Jangan kasih tau siapa-siapa, ya.”
Gue mengangguk lagi, senang sekali gue orang pertama di sini yang melihat karyanya. Begitu melihat gambar itu, gue tercengang. Bagus buanget gambarnya. Rupanya dia ada bakat seni.
“Gambar lo bagus... banget!”
Lagi-lagi dia tersenyum, kali ini lebih lebar, dan lebih hangat.
Gue mau salto sambil kayang lagi saking senengnya.
*
Sejak dia kasih tau gambarnya, gue jadi deket sama dia. Mungkin takdir. Gue orang pertama yang dikasih tau karyanya di kelas ini, seneng lah. Ternyata Fika suka komik dan anime juga, jadi makin dekatlah kita karena satu kesukaan
Saat itu gue mikir, mungkin gue bisa jadian nantinya sama dia
Fika nyolek bahu gue “Farhan, kamu udah ngerjain PR kimia?”
“Udah. Kenapa?” :rolleyes
“Bisa ajarin aku, nggak?”
Gue langsung memberikan buku tulis gue yang tadinya sedang menganggur “Catet aja dulu jawabannya, sebentar lagi pelajaran dimulai, nanti kalo ada waktu gue ajarin!”
“Makasih. ” Dia menerima buku gue dan mulai menyalin, disusul oleh Rasti, Reza, juga teman-teman yang lain. Mereka semua mencontek jawaban gue.
Gue termasuk murid pintar di kelas ini (pede), tapi kadang gue males. Entah kenapa semenjak ada Fika di kelas, gue jadi tambah rajin dan semangat ke sekolah.
Meskipun Reza bilang Fika aneh, nyatanya ada aja yang suka sama Fika. Mungkin mereka ketemu waktu berpapasan dan naksir sama dia, ya nggak heran, sih. Fika manis. Dan mendadak gue bengong.
Saingan gue nambah. :metal
Gue juga bete waktu gue lagi minjam HPnya, tiba-tiba ada SMS nggak dikenal mau pedekate.
“Nih, sms lagi.”
Fika menghentikan aktivitasnya yang tadinya sedang menyalin PR kimia sendirian karena yang lain sudah selesai mencatat, oh ya, dia emang agak lelet kalau menulis, tapi rapih banget nulisnya.
“Cuekin aja, Han.” Ucapnya.
Gue senang, dia nggak menanggapi lelaki itu . Gue baru tau Fika agak takut sama cowok . Padahal tadinya gue berpikir kalau ada lelaki tampan yang menyatakan cintanya, dia langsung terima. Tapi, diantara yang lain, yang membuat gue bete adalah, mendapat satu berita kalau beberapa hari kemudian Fika berstatus In a relationship sama seorang cowok yang bersekolah di kawasan Jakarta Selatan
Awalnya dia dikenalin temannya. Mereka satu hobi, satu keahlian, obrolan mereka nyambung, jadi... gue...
nyerah aja kali, ya? :
“Lho, Ka. Lo suka gambar?!” Tanya gue begitu dia kepergok sedang menggambar. Dia langsung menutupi gambarnya dengan buku tulis sambil menunduk nggak mau memperlihatkan karyanya.
“Gapapa, Ka. Gue juga suka liat gambar-gambar, kok. Soalnya kan gue suka baca komik.”
Raut wajahya berubah, dia mendongak dan menatap gue dengan matanya yang besar dan bulat, sejak itu gue berencana memanggilnya belo.
“Kamu suka gambar juga? ” gue mengangguk, suka tapi nggak bisa. Kemudian dia mengasih kertas bergambar ke gue “Jangan kasih tau siapa-siapa, ya.”
Gue mengangguk lagi, senang sekali gue orang pertama di sini yang melihat karyanya. Begitu melihat gambar itu, gue tercengang. Bagus buanget gambarnya. Rupanya dia ada bakat seni.
“Gambar lo bagus... banget!”
Lagi-lagi dia tersenyum, kali ini lebih lebar, dan lebih hangat.
Gue mau salto sambil kayang lagi saking senengnya.
*
Sejak dia kasih tau gambarnya, gue jadi deket sama dia. Mungkin takdir. Gue orang pertama yang dikasih tau karyanya di kelas ini, seneng lah. Ternyata Fika suka komik dan anime juga, jadi makin dekatlah kita karena satu kesukaan
Saat itu gue mikir, mungkin gue bisa jadian nantinya sama dia
Fika nyolek bahu gue “Farhan, kamu udah ngerjain PR kimia?”
“Udah. Kenapa?” :rolleyes
“Bisa ajarin aku, nggak?”
Gue langsung memberikan buku tulis gue yang tadinya sedang menganggur “Catet aja dulu jawabannya, sebentar lagi pelajaran dimulai, nanti kalo ada waktu gue ajarin!”
“Makasih. ” Dia menerima buku gue dan mulai menyalin, disusul oleh Rasti, Reza, juga teman-teman yang lain. Mereka semua mencontek jawaban gue.
Gue termasuk murid pintar di kelas ini (pede), tapi kadang gue males. Entah kenapa semenjak ada Fika di kelas, gue jadi tambah rajin dan semangat ke sekolah.
Meskipun Reza bilang Fika aneh, nyatanya ada aja yang suka sama Fika. Mungkin mereka ketemu waktu berpapasan dan naksir sama dia, ya nggak heran, sih. Fika manis. Dan mendadak gue bengong.
Saingan gue nambah. :metal
Gue juga bete waktu gue lagi minjam HPnya, tiba-tiba ada SMS nggak dikenal mau pedekate.
“Nih, sms lagi.”
Fika menghentikan aktivitasnya yang tadinya sedang menyalin PR kimia sendirian karena yang lain sudah selesai mencatat, oh ya, dia emang agak lelet kalau menulis, tapi rapih banget nulisnya.
“Cuekin aja, Han.” Ucapnya.
Gue senang, dia nggak menanggapi lelaki itu . Gue baru tau Fika agak takut sama cowok . Padahal tadinya gue berpikir kalau ada lelaki tampan yang menyatakan cintanya, dia langsung terima. Tapi, diantara yang lain, yang membuat gue bete adalah, mendapat satu berita kalau beberapa hari kemudian Fika berstatus In a relationship sama seorang cowok yang bersekolah di kawasan Jakarta Selatan
Awalnya dia dikenalin temannya. Mereka satu hobi, satu keahlian, obrolan mereka nyambung, jadi... gue...
nyerah aja kali, ya? :


0 comment: