Tuesday, 11 December 2012

0 comment

Daisy. keindahan yang sederhana #3


Fika terlalu sabar


Udah beberapa bulan ini gue dekat sama Fika, obrolan kita nyambung dan dia bilang senang punya teman kaya gue. Tapi, akhir-akhir ini Fika kelihatan beda, nggak tau apa yang ngebuat dia begitu yang pasti gue ngerasain aja.

Waktu itu jam kosong, gurunya nggak ada gara-gara sakit, ya kemudian guru piket datang sambil bawa tugas buat anak-anak.

"Ini ada tugas dari guru kalian, semua. Beliau sedang sakit jadi tidak mengajar." Kata guru piket itu sambil memberikan selembar kertas pada ketua kelas.

Murid-murid mengamati dengan ekspresi sok kalem waktu ada guru piket ( : )

"Ya sudah, kerjakan, ya!" Katanya, kemudian pergi.

Walaupun dikasih tugas juga anak-anak tetap berisik, dan benar aja, dalam waktu sepersekian detik setelah guru piket pergi, sekolah berasa kaya pasar plus konser musik abal.

"wasweswosblablaasdfrawrrr." :bettys Begitu kedengarannya waktu guru pergi.

"Fik, lo udah punya mantan berapa?" Tanya gue iseng karena nggak ada kerjaan dan mumpung jam kosong.

Pipinya memerah "Kenapa tanya gitu?''

Gue ketawa liat pipinya "Jiahhh, merah gitu. Banyak, yaaaa?? Pasti ada 10."

"Jangan sok tau, deh."

"Tujuh."

"Nggak." :mad

"Lim...."

"NOL."



Gue tertegun "Jadi, lo belom pernah pacaran, Fik?! Baru sekali doang sama si itu?"

Dia mengangguk, membuat gue senyum lemes gara-gara memaksakan otot wajah naik. Sial, rasanya ini tanda-tanda patah hati. Tampaknya semalam suntuk gue bakal main Play Station lagi sama Reza.

"Fik, besok ada J-fest. Mau bareng?"

Fika mengangguk.

*

Gue adalah cowok pertama yang bisa dekat sama dia, bahkan menjadi tempat curahan hatinya. Gimana gue nggak senang kalau gue menjadi seseorang yang bisa dipercayainya? Dia termasuk perempuan yang tertutup, dan dia bisa terbuka sama gue. meskipun dia jarang cerita soal pacarnya.

Hari ini ada J-fest, gue dan Fika pergi bareng. Tadinya Fika menolak pergi karena si pacar nggak datang(biasa datang bareng sama pacarnya sih), tapi gue membujuknya sekuat tenaga, akhirnya dia mau datang juga. Sebenarnya gue sengaja ngajak buat ngusir rasa sedihnya. Akhir-akhir ini pacarnya lebih cuek dari biasanya, padahal udah beberapa bulan mereka bersama sejak waktu itu. Tapi syukurlah rencana gue berhasil ngusir rasa sedih Fika meskipun sebentar.

Fika begitu manis hari ini meskipun tanpa polesan make up, sama seperti hari-hari sebelumnya. Di sana Fika tampak senang, kami berfoto, makan bersama, tertawa bersama, dan berjalan bersama, sayang WC dan tempat sholat yang beda

Meskipun dia menganggap ini adalah jalan-jalan bersama teman, gue anggap ini kencan pertama kita.

Baru aja kami mau pulang karena sudah berjam-jam di sini. Sebenarnya gue nggak mau pulang, gue mau lebih lama bersamanya selelah apapun itu. Tapi, gapapa. Setidaknya hari ini gue berhasil membuat dia senyum dan ketawa lepas gara-gara gue dikasih minum Ocha(teh hijau), muka gue jelek banget pas kepaitan kata Fika.

Sampai akhirnya satu hal membuat senyumnya lenyap.

Dia melihat pacarnya datang bersama perempuan lain di stand takoyaki, gue dan Fika berdiri di stand okonomiyaki dekat situ, sebenarnya nggak terlalu jauh, cuma terlalu banyak orang-orang di sini, mungkin dia juga nggak ngeh kalau ada Fika di sini.

Cowok itu memakai topeng hollownya Ichigo di komik Bleach, mungkin dia berjaga-jaga kalau ada Fika, makanya pakai topeng, tapi sebelum ia pakai topeng itu Fika udah melihatnya. Kemudian gue dan Fika memata-matai mereka. Awalnya Fika emang positive thinking kalau perempuan itu adalah adik atau sepupu pacarnya, tapi mereka bergandengan tangan dan tampak mesra.

"Gue samperin, Fik."

Baru gue mau jalan, Fika malah narik gue jauh dari situ, dia ngelarang gue buat ngebela dia di situ. Dia bilang nggak mau ribut di keramaian, dan biarin aja masalah dia yang selesaiin.

Fika sulit menepis kebenaran yang ada meskipun dia udah positive thinking, kenyataannya nggak seperti yang dia bayangkan, perempuan itu bukan adiknya atau sepupunya. Pacarnya udah selingkuh, Fika cuma bisa diam dan pulang sendirian, dia menangis dalam diam karena gue nggak liat air mata Fika. Sementara gue nggak bisa apa-apa.

Fika terlalu sabar.

Gue nggak ngerti jalan pikiran Fika, kenapa dia diam aja? Kenapa dia bisa pulang tanpa tetesan air mata? Kenapa dia ngelarang gue buat ngebela dia di situ? Kenapa dia nggak samperin pacarnya? Kenapa jalan pikirannya nggak gue ngerti??

0 comment:

Best viewed on firefox 5+
Copyright © Design by Dadang Herdiana