Daisy.Keindahan yang sederhana #5
CRUSH
Pagi ini gue dan Reza terpaksa mengemudikan motor dengan kecepatan yang lebih cepat dari biasanya gara-gara telat 15 menit, semalam gue kelelahan latihan tae kwon do terus-terusan, abis itu malah main PS. Gue terpaksa harus mengalihkan perasaan galau ini daripada berdiam sendirian di kamar kemudian menjadi galauers (jiaelah).
“Mampus! Pak Rustam jaga di depan tangga!” Reza menunjuk seorang lelaki berkumis tebal “Rambut gue gondrong lagi!”
“Yah, gue juga, Za. Belom cukur rambut. Udah nyentuh kerah baju. Mati deh, kita.”
Kami nggak bisa melarikan diri, udah terjebak. Gerbang sudah ditutup satpam begitu kami masuk, pak Rustam berdiri di depan tangga, pak Jono memeriksa seluruh kantin.
“ngumpet di perpus aja deh, Han.” Usul Reza yang kemudian gue beri anggukan, kami memarkirkan motor dulu, tapi mesin kami matikan biar nggak terdengar, kemudian kami berlari ke perpustakaan yang tampak sepi.
“Lho, kalian ngapain ke perpus pagi-pagi? Kalian ngumpet, ya?” Bu Indri, penjaga perpustakaan bertanya pada kami dengan nada menyelidik seolah kami tersangka yang tertangkap basah.
“Nggak, bu. Mau minjem buku... ” Alasan Reza.
“Sebentar” Bu Indri keluar dari perpus, kemudian gue merinding.
“Nahhh! Ketahuaannn!!”
Kami menoleh ke belakang, melihat pak Rustam di depan pintu sedang berkacak pinggang, cahaya yang membelakanginya memberikan kesan dramatis seolah dia adalah pahlawan sedangkan kami penjahat yang tertangkap.
Anjrit, apes banget! Bu Indri ngasih tau pak Rustam!
“Sudah telat malah ngumpet!! kamu, Farhan!jangan mentang-mentang kamu punya prestasi di bidang bela diri lantas mau telat mulu, ya!! (sape juga yg mau telat? )” Dia menjewer gue, kemudian menjewer Rizal “lari muterin lapangan 10 kali!”
Sebelum Reza mulai menawar, gue menyikuti perutnya yang sedikit buncit. Dia ngerti, dulu dia pernah mau negosiasi sama pak Rustam buat ngurangin hukuman, tapi pak Rustam malah nambahin hukuman itu. Akhirnya Reza diam seribu kata lalu dengan terpaksa kami berlari mengitari lapangan sekolahan 10 kali.
“Gak kuaaaaat! ” Reza duduk dengan peluh yang terus menetes, baru aja 5 putaran udah kelelahan. Gue rasa perut zeropacknya [baca: buncit] bisa hilang sedikit kalau lari 12 putaran begini.
“Farhan! Reza!”
Gue mengenali suara itu, begitu gue mendongak, terlihat sosok Fika sedang berdiri di koridor melambaikan tangannya dengan senyum lebar.
Semangat gue terpacu, gue lari lebih cepat mampu menyelesaikan hukuman itu meskipun sesekali gue berhenti buat mengatur napas sementara Reza berusaha setengah mati buat lari, punggungnya udah basah dan lengket gara-gara keringetan.
“udah muterin, pak. 10 kali! ” gue melapor pada pak Rustam, kemudian dia mencatat sesuatu ke dalam buku. Gue menebak ada nama gue dan Reza di dalam buku itu. Kemudian beliau ngegunting rambut gue yang nyentuh kerah asal-asalan. Terpaksa, deh nanti cukur rambut.
Baru saja gue dan Reza mau naik tangga, bu Indri memanggil Reza. Jadi gue bergegas menaiki tangga untuk menyusul Fika, setelah ketemu, gue menghampiri Fika yang sedang berjalan dengan earphone yang terpasang di telinganya, gue menarik satu earphone itu.
“Lagu apaan, nih?”
“Crushnya David Archuleta.”
Gue dengerin lagu itu sampai pas si David David siapa gitu nyanyi, gue bengong pas di bagian.....
Has it ever crossed your mind
When we're hanging, spending time girl?
Are we just friends? Is there more? Is there more?
Gue dan Fika berjalan menyusuri koridor, gue masih bengong dan dengerin lagu itu dengan wajah poker face meme( ), dan gue ngerasa lagu itu GUE BANGET.
“Gue minta lagunya ya, kayaknya bagus, nih!”
Kemudian, gue putar ulang lagu itu terus berulang kali sambil membayangkannya.
“Aku ada lagu anime baru, lho.” Fika membuyarkan bayangan gue.
0 comment: